Ambon: Terlahir dari
keluarga ekonomi lemah, tak membuat seorang Asep Kurnaedi berkecil
hati. Meskipun ayahnya Sumanto, hanyalah seorang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) golongan dua pada Komando Distrik Militer (Kodim) Bandung, namun
Asep tetap berkeyakinan kalau ia bisa menjadi kebanggan sang ayah.
Lahir di Bandung 30 Desember 1963, Asep
sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang tentara. Setelah lulus
SMA tahun 1983, ia kemudian mengikuti seleksi Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesi (AKABRI) yang saat ini disebut Akademi
Militer (AKMIL). Karena keinginannya yang kuat dan doa orang tua, Asep
yang dulu hanya seorang anak pegawai rendahan itu lolos seleksi menjadi
seorang tentara dan sekooah di AKABRI. “ Karena bapak saya setiap hari
lihatnya komandan-komandan semua. Maka bapak saya ingin melihat saya
menjadi Komandan Kodim. Ini yang menjadi motivasi untuk saya masuk ke
AKABRI.” turur Asep.
Air matapun bercucuran membasahi wajah
sanga ayah Sumanto, ketika anaknya telah menjadi seorang perwira
tentara. Setelah lulus AKABRI pada tahun 1987, Asep yang saat itu masih
muda kemudian ditugaskan ke Malang menjadi Danton-3 KIA Yonif 512.
Karirnya sebagai seorang prajurit TNI ,
hingga menjadi Komandan Korem (Dandrem) saat ini tidaklah mudah, Asep
sering ditugaskan ke daerah-daerah konflik, mulai dari Timur-Timur
selama tiga tahun, Irian selama Dua tahun. Yang paling mengharukan
adalah ketika dirinya menjadi Komandan Kodim (Dandim) 0811/ Garut
Komandan Resor Militer atau Korem 061 pda 2005 silam. Ini adalah suatu
kebanggan sendiri. Keinginan ayahnya agar dirinya menjadi seorang
komandan akhirnya terwujud. “ Saya saat itu terharu melihat kondisi
kami, dimana ayah saya dulunya PNS di Kodim, kini anaknya bisa jadi
Komandan Kodim. Ayah saya mengaku bangga dengan saya. Diapun merasa
terharu, “ ulasnya.
Maluku sendiri bukanlah daerah baru
bagi perwira dengan tiga pucuk melati di pundaknya ini. Pada saat
konflik sosial di Ambon tahun 1999, dirinya ditugaskan di Maluku dalam
kapasitasnya sebagai wakil Komandan Detasemen (Wadandem) Intel Kodam
VII Trikora. Dimana saat itu di Maluku belum terbentuk Komando Daerah
Militer (Kodam) dan masih berstatus sebagi Korem.
Dalam kondisi Ambon yang saat itu tidak
kondusif, demi tugas negara, dirinya rela untuk meninggalkan istri dan
anaknya dan bertugas ke Ambon. Setelah bertugas selama satu tahun,
dirinya kemudian kembali ke Kodam Trikora.
Setelah itu, pada tahun 2009, sang
klonel ini akhirnya kembali bertugas ke Maluku dengan jabatan (Asintel)
Kasdam XVI Pattimura, dan pada tahun 2012 Ia kemudian diangkat sebagai
Dandrem 151 Binaya sampai saat ini. “ Biasanya ketika orang ditugaskan
di Maluku, mereka pikir lagi. Tetapi kalau saya sudah merasa Maluku
seperti kampung sendiri. Ada anak perempuan saya kan sekolah di SMAN 1
Ambon.” cetusnya.
Kurnaedi juga menitipkan pesan kepada
anak-anak Maluku untuk tidak berkecil hati ketika mereka terlahir dalam
keluarga yang kondisi ekonimnya lemah, karena Tuhan telah menyediakan
tempat untuk mereka. Untuk itu, jangan pernah mudah putus asa. “ Jangan
putus asa, harus ada kemauan dalam diri bahwa saya harus bisa, “
pintanya.
Sebagai seorang pimpinan Kurnaedi
bersikap ramah kepada anak buahnya. Kurnaedi ingin tampil sebagai sosok
seorang ayah dan teman sebagi anak buahnya, sehingga dalam pelaksanaan
tugas semuanya berjalan dengan baik.
” Tampil seorang bapak dan teman itu
yang harus saya lakukan sebagai seorang pimpinan. Semua anak buah saya
ketika menjalankan tugas semuanya happy. Kita manusia semuanya sama.
Hanya saja, saya dikasi tugas dan jabatan, “ pungkasnya.Sumber: MOLUKEN.COM
Komentar